Dr. Haidar Bagir
Dosen Filsafat Islam ICAS Paramadina dan Penulis Buku Best Seller "Buku Saku Tasawuf dan "Buku Saku Filsafat Islam"
Semua orang mengetahui bahwa shalat merupakan salah satu dari rukun Islam yang amat penting bagi manusia. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemajuan intelektualitas manusia, shalat mulai ditinggalkan dan dijauhi karena dirasa tidak perlu lagi untuk dilakukan. Bahkan ada aliran liberal baru yang terang-terangan mulai menampik urgensitas dari shalat, mereka cuma sekedar beriman yaitu sebatas keimanan yang rasional tanpa ritual, seerti contoh shalat. Mereka berusaha mengeluarkan argumen-argumennya untuk mengelak dari shalat.
Melihat keadaan seperti itu Dr. Haidar Bagir menulis pemikirannya kedalam buku ini yang tidak lain bertujuan untuk membantu meluruskan kembali gagasan-gagasan yang salah tentang urgensitas dari shalat. Sungguh sebuah langkah yang tepat yang dilakukan oleh Dr. Haidar Bagir untuk menafikan argumen-argumen aliran liberal baru tersebut.
Dr. Haidar Bagir mengungkapkan bahwa shalat itu secara harfiah berarti doa, yang disampaikan dengan tata cara, syarat dan rukun yang khas dalam bentuk bacaan-bacaan dan gerakan tertentu. Kata "shalat" juga memiliki akar kata yang sama dengan dan memiliki hubungan makna dengan kata "shilah" yang bermakna hubungan. Jadi artinya shalat merupakan sebuah wasilah (sarana) berhubungannya manusia dengan rabbul 'alamin.
Fungsi shalat itu sendiri, yang pertama adalah sebagai pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Yang kedua shalat berfungsi sebagai sumber petunjuk.
Fungsi yang ketiga adalah shalat sebagai sarana kita meminta pertolongan Allah.
Keempat, shalat adalah pelipur jiwa, karena dengan shalat hati akan menjadi tentram.
Kelima, shalat akan menghasilkan flow (sebuah pikiran yang teratur dan selaras), yang mana flow merupakan sumber kebahagiaan dan kreativitas manusia.
Sedangkan yang keenam, shalat adalah penenang jiwa, kita tahu bahwa perasaan tenang akan jiwa tersebut berpotensi untuk menghilangkan penyakit tubuh, maka shalat juga berperan pula sebagai kesehatan tubuh.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa shalat yang sebenarnya akan mencegah kita dari perbuatan yang keji dan mungkar. Dari firman Allah Swt itu, lantas kita sebagai orang yang melaksanakan shalat apakah sudah tercegah dari perbuatan keji dan mungkar? Padahal tak ayal walaupun kita melaksanakan shalat kita tetap saja berbuat keji dan mungkar. Dalam buku ini dijelaskan bahwa shalat yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar itu terlibat dengan kekhusyukan. Maka tidak hanya dengan sekedar shalat yang tanpa makna saja kita dapat tercegah dari perbuatan keji dan munkar, melainkan harus disertai pemaknaan akan shalat dan kekhusyukan.
Bagaimana bisa shalat yang kita lakukan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Mungkin pertanyaan itu akan muncul dalam diri kita. Dalam buku ini Dr. Haidar Bagir menjelaskan shalat yang khusyu' (kehadiran hati) dan khudhu' (berendah diri) akan menghasilkan penuhnya hati kita dengan kehadiran Allah Swt. Keadaan ini saja kiranya telah dapat menjadikan berbagai sumber dorongan kejahatan yang ada di dalam hati kita, terdesak kalau tak malah sepenuhnya terusir dari jiwa kita. Artinya jika hati seseorang telah dipenuhi dengan kehadiran Allah Swt, maka tak akan ada lagi kecenderungan kepada hal-hal keduniawian yang bisa mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar perintah dan larangan-Nya.
Merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad Saww, bahwa belum tentu shalat yang khusyu' dan khudhu' lantas akan pasti diterima oleh Allah. Dalam beberapa ayat pada Al Quran, shalat selalu digandengkan dengan zakat, artinya harus ada bentuk perlakuan lain yang bersifat sosial yang mendampinginya demi diterimanya shalat tersebut. Shalat yang benar memiliki dua dimensi, yaitu dimensi individual maupun sosial.
Kenyataannya, bahwa shalat yang dimulai dengan takbir dan salam telah menyimbolkan kedua dimensi tersebut. Takbir merupakan perwujudan penuh bahwa Allah Maha agung dan kita hanyalah hambanya yang rendah dan kecil. Sedangkan salam adalah simbol fungsi kekhalifahan manusia untuk menyebarkan rahmat bagi seluruh alam semesta. Jadi kategori shalat yang seperti ini bisa dikatakan sempurna dan jauh bandingannya dari shalatnya orang-orang yang lalai.
Selain berbagai penjelasan tadi, buku ini juga menerangkan bahwa shalat juga berperan sebagai wahana pencerahan intelektual. Yang pertama ialah, dalam teosofi atau filsafat mistis Islam, pengetahuan pada tingkat tertinggi mengambil bentuk ilmu hudhuri, yaitu ilmu yang tidak didapat melewati proses belajar biasa, melainkan melewati suatu pengalaman religius yang pengetahuan itu diraih begitu saja dalam diri. Dalam konteks ini shalat memenuhi persyaratan akan hadirnya penyucian jiwa, akal maupun hati, sehingga hadirnya pengetahuan tersebut bisa saja dapat terjadi.
Kedua, shalat yang khusyuk mengangkat pelakunya dari kesadaran penuh akan keadaan sekelilingnya kepada suatu keadaan flow. Sehingga akan menimbulkan pemikiran-pemikiran terbaik. Selain itu terdapat pula berbagai pendapat dan penjelasan mengenai shalat dari berbagai kalangan yang dikemas secara apik dan sarat akan hikmah, mulai dari filosof, kaum sufi dan ulama' besar yang dikemas secara apik dan sarat akan hikmah.
Diharapkan setelah membaca dan mengetahui khazanah shalat melewati buku ini, semoga kita menjadi orang-orang yang tidak melalaikan shalat dan memahami makna shalat yang sebenarnya dan dapat pula memaknai shalat yang bagaimana dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Selamat mengarungi khazanah shalat....
Print this page
0 komentar:
Posting Komentar