Letusan Gunung Anak Krakatau, di perairan Selat Sunda, sepanjang Sabtu mencapai 180 kali dan status masih "siaga" atau level III, sehingga berbahaya jika mendekati kawasan gunung tersebut.
"Selain letusan juga kegempaan vulkanik dangkal sebanyak 88 kali, tremor 79 kali dan embusan mencapai 36 kali," kata Jumono, petugas Pemantauan Pos Gunung Anak Krakatau di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Sabtu.
Jumono mengatakan, aktivitas letusan dan kegempaaan vulkanik Anak Krakatau hingga kini masih berlanjut.
Selain itu, juga letusan dan kegempaan masih terjadi fluktuatif dengan kemunculan interval tiga sampai 15 menit.
Oleh karena itu, sampai saat ini kondisi Gunung Anak Krakatau masih dinyatakan status siaga atau level III.
Pengunjung dan nelayan hanya diperbolehkan radius dua kilometer dari titik letusan gunung.
Sejauh ini, kata dia, kawasan Gunung Anak Krakatau mengeluarkan lava pijar berupa batu dan kerikil yang suhunya mencapai 600-100 derajat celcius.
"Jika kita terkena lontaran batu pijar dipastikan akan meninggal dunia," katanya.
Meskipun cuaca diselimuti kabut tebal, namun kondisi Anak Krakatau berbahya dan masih aktif mengeluarkan lava pijar.
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Sumber Energi dan Mineral, Bandung hingga kini belum diturunkan statusnya menjadi waspada atau level II.
Menurut dia, sejak 6 Mei 2009 status Gunung Anak Krakatau dinaikkan menjadi siaga atau level III, hingga kini aktivitas kegempaan vulkanik, letusan, tremor dan embusan masih berlangsung.
"Selama status siaga tentu kami minta pengunjung dan nelayan tidak mendekati kawasan letusan karena berbahaya terkena lontaran bebatuan," ujarnya.
Sementara itu, Hendra (45) seorang pengelola objek wisata Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, mengaku selama liburan sekolah banyak pengunjung dari berbagai daerah datang ke sini untuk mengisi liburan panjang.
"Sampai saat ini pengunjung tidak terpengaruh adanya aktvitas letusan Gunung Anak Krakatau," katanya. (www.yahoo.co.id)
0 komentar:
Posting Komentar